BONTANG – Cacar Monyet atau Monkeypox merupakan penyakit yang berasal dari virus orthopoxvirus yang memiliki gejala mirip cacar air, bahkan bisa lebih parah. Meskipun jarang terdengar tetapi penyakit ini telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 14 Agustus 2024.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyebaran penyakit ini, RSUD Taman Husada Bontang melaksanakan Promosi Kesehatan (Promkes), Selasa (24/9/2024). Dr. Anwar Arsyad dihadirkan sebagai pemateri yang memberikan informasi secara rinci tentang penyakit tersebut.
Dokter spesialis kulit dan kelamin RSUD Taman Husada Bontang itu mengatakan, belum ada kasus untuk penyakit Mongkey Fox atau cacar monyet di Kota Taman (Julukan Bontang). Meski begitu, pihaknya telah melakukan upaya untuk mengantisipasi penyakit ini dengan melakukan edukasi kepada masyarakat.
“Untuk M Fox Alhamdulillah dan seterusnya semoga tidak ada kasus M Fox di Bontang. Tapi karena ini sudah menjadi darurat internasional, kita tidak boleh lengah. Kita kan sudah belajar dari Covid kemarin, ada wabah, kita harusnya lebih siap lagi. Masyarakat sudah harus dikasi pengetahuan tentang penyakit ini,” ungkapnya, Selasa (24/09/2024).
Dia bilang, edukasi merupakan hal penting untuk memberi pemahaman kepada masyarakat bagaimana memitigasi ketika terjadi wabah serta tidak mudah termakan hoax. “Jadi misalkan ada wabah, masyarakat tau apa yang harus dilakukan, jangan sampai kayak Covid dulu, awal-awal lebih banyak hoaxnya, ini yang perlu dicegah,” katanya.
“Jadi bukan berarti karna belum ada kasus konfirmasi di Bontang, berarti kita tidak usah memberikan edukasi ke masyarakat,” sambungnya.
Lebih lanjut, dr. Anwar mengatakan, meski Kementrian Kesehatan (Kemenkes) telah menyediakan vaksin, akan tetapi hal itu belum dapat diberlakukan di Bontang. Mengingat belum ada laporan terkait kasus Monkey Fox.
“Seperti yang saya bilang, Bontang belum menjadi prioritas utama dalam pemberian vaksin. Terakhir dari data Kemenkes memang untuk dua target, pertama tenaga kesehatan dan orang-orang dengan resiko tinggi,” jelasnya. (adv)