RITMEE, KALTIM — Indonesia memiliki banyak keunikan yang memukau pandangan, misalnya kain tradisional.
Salah satu wilayah yang memiliki kain tradisional unik adalah pakaian khas budaya Kalimantan Timur (Kaltim), yaitu Ulap Doyo.
Kain Ulap Doyo adalah produk wastra buatan suku Dayak Benuaq, yang mendiami sebagian wilayah Kaltim.
Karena itulah, kain Ulap Doyo merupakan identitas bagi suku tersebut, bahkan bisa dibilang untuk provinsi Kaltim.
Lalu, dari kapankah lahirnya tenun Ulap Doyo ini? Dilansir dari orami.co.id, diperkirakan corak ini sudah ada di Kaltim sebelum abad ke-17.
Kain ini sudah terkenal sejak era kerajaan Hindu-Buddha pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai.
Ulap dalam bahasa setempat berarti kain, dan Doyo diambil dari nama tanaman yang menjadi bahan pembuatnya, yakni Curliglia latifolia.
Tanaman ini cirinya seperti pandan yang memiliki serat kuat, tumbuh secara liar di pedalaman Kalimantan, seperti di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat.
Mengutip dari situs Indonesia Kaya, begini tahapan pembuatannya:
1. Daun doyo yang hendak digunakan sebagai bahan baku kain, harus dikeringkan dulu.
2. Setelah kering, mesti disayat mengikuti arah serat daun hingga menjadi serat yang lebih halus.
3. Kemudian serat-serat ini dijalin dan dilinting hingga membentuk benang kasar.
4. Setelah itu, masuk ke dalam proses pewarnaan dengan menggunakan bahan-bahan alami.
5. Umumnya, Ulap Doyo dibuat dalam warna merah yang berasal dari buah glinggam, kayu oter, dan buah londo. Ada juga versi coklatnya yang diperoleh dari kayu uwar. (*)