RITMEKALTIM – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menyerukan perlunya transformasi cara pandang terhadap dunia pertanian. Ia menilai, selama ini pertanian masih dianggap sebagai pekerjaan kelas dua identik dengan kerja kasar, hasil minim, dan tidak bergengsi di mata generasi muda. Citra inilah yang menurutnya harus segera diubah.
“Selama pertanian masih dilihat sebagai pekerjaan lama yang kotor dan tidak menarik, sulit bagi kita untuk mengajak anak-anak muda bergabung. Padahal, kenyataannya sekarang, pertanian adalah sektor masa depan yang bisa dikelola secara modern dan sangat menguntungkan,” kata Ananda, Sabtu (14/6/25).
Menurut politisi PDI Perjuangan itu, tantangan regenerasi petani tidak akan bisa diatasi hanya dengan program bantuan atau pelatihan teknis. Perlu ada strategi komunikasi dan narasi baru dari pemerintah daerah yang secara aktif membingkai pertanian sebagai profesi yang strategis, berbasis teknologi, dan memiliki daya saing tinggi.
“Kalau pemerintah mau membangun narasi bahwa bertani itu keren, berteknologi, dan menghasilkan, maka persepsi publik terutama generasi muda akan berubah. Mereka tidak akan malu menjadi petani, justru bangga karena tahu potensinya besar,” ujarnya.
Ananda mencontohkan perkembangan smart farming yang memungkinkan petani mengelola lahan dengan data cuaca, sensor tanah, pemupukan otomatis, hingga pemasaran digital.
Semua ini, kata dia, menjadikan sektor pertanian sebagai ekosistem ekonomi yang terbuka bagi generasi muda yang melek teknologi.
“Bertani hari ini tidak lagi soal cangkul dan lumpur semata. Sekarang kita bicara tentang aplikasi, drone, sistem irigasi otomatis, bahkan AI. Anak muda harus tahu bahwa pertanian modern membutuhkan skill mereka,” jelasnya.
Ia juga mendorong agar kampanye pertanian modern dilakukan secara sistematis melalui media sosial, kurikulum sekolah, hingga festival dan inkubasi agribisnis. Sebab, mengubah citra butuh pendekatan lintas sektor yang kreatif dan konsisten.
“Jika kita gagal mengangkat wajah baru pertanian, maka kita sedang membiarkan sektor pangan kita kehilangan generasi penerusnya,” tegasnya.
Ananda menekankan bahwa perubahan ini harus dimulai dari pemerintah daerah, dengan keberanian memimpin narasi bahwa pertanian adalah sektor strategis yang menjanjikan masa depan, bukan pilihan terakhir ketika semua pintu tertutup. *DFA (ADV DPRD KALTIM)