Dewan Kaltim Ingatkan Bahaya Tren Tinggalkan Sekolah Demi Popularitas Digital

Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, H Baba .(Dok.RITMEKALTIM/DFA).
Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, H Baba .(Dok.RITMEKALTIM/DFA).

RITMEKALTIM – Maraknya generasi muda yang terjun ke dunia konten digital sebagai influencer memunculkan keprihatinan baru di bidang pendidikan.

Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, H Baba, mengingatkan bahwa euforia mengejar popularitas di media sosial tidak boleh menjadi alasan untuk menomorduakan pendidikan formal.*

Bacaan Lainnya

Fenomena ini semakin tampak nyata, di mana sejumlah remaja memilih menunda atau bahkan meninggalkan sekolah demi fokus membangun karier digital. Bagi H Baba, hal ini merupakan peringatan dini atas pergeseran pola pikir generasi muda terhadap makna pendidikan.

“Kita tidak bisa memungkiri bahwa dunia digital menawarkan banyak peluang. Tapi ketika sekolah mulai ditinggalkan demi konten, itu tanda bahaya. Pendidikan tidak boleh jadi korban tren,” ujar H Baba, Minggu (15/6/2025).

Ia menyebutkan bahwa pendidikan tidak hanya memberi pengetahuan akademis, tetapi juga membentuk karakter, daya nalar, dan ketahanan pribadi yang akan sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam profesi digital.

Menurutnya, menjadi influencer tanpa fondasi intelektual yang kuat justru bisa berisiko dalam jangka panjang. Popularitas yang dibangun tanpa arah bisa runtuh secepat ia datang, terlebih jika tidak disertai etika dan literasi digital yang memadai.

“Anak-anak muda mungkin merasa tidak perlu sekolah karena merasa sudah bisa menghasilkan uang. Tapi penghasilan bukan satu-satunya ukuran keberhasilan. Ilmu dan pendidikan adalah investasi yang menentukan sejauh apa mereka bisa bertahan dan berkembang,” katanya.

H Baba juga menekankan perlunya peran aktif orang tua dan sekolah untuk membimbing generasi muda agar tetap menyeimbangkan antara minat mereka di dunia digital dan kewajiban menyelesaikan pendidikan.

Ia mendorong pendekatan yang lebih fleksibel namun tetap berorientasi pada keberlanjutan pendidikan. Sistem pembelajaran jarak jauh atau pendidikan alternatif berbasis teknologi bisa menjadi solusi agar anak muda tetap bisa belajar sambil mengejar passion-nya.

“Tidak semua orang bisa sukses di dunia digital. Tapi semua orang berhak punya bekal pendidikan yang layak agar bisa menentukan arah hidupnya sendiri. Pendidikan itu bukan pilihan kedua, tapi pondasi utama,” tegasnya.

Sebagai legislator yang membidangi pendidikan dan kesejahteraan sosial, H Baba menegaskan komitmennya untuk mendorong kebijakan yang mendukung pendidikan adaptif di era digital, tanpa kehilangan esensinya sebagai sarana mencetak generasi berkarakter. *DFA (ADV DPRD KALTIM)

Pos terkait