Ledakan Profesi Influencer di Kalangan Anak Muda, DPRD Kaltim Soroti Arah Perkembangan Karier Generasi Z

Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, H Baba. (Dok.RITMEKALTIM/DFA).
Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, H Baba. (Dok.RITMEKALTIM/DFA).

RITMEKALTIM – Perubahan lanskap dunia kerja di era digital membuka peluang karier baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Salah satunya adalah menjadi influencer media sosialprofesi yang kini kian diminati, terutama di kalangan anak muda.

Di Kalimantan Timur, tren ini mendapat perhatian khusus dari DPRD provinsi yang menyoroti dampaknya terhadap pola pikir generasi muda dalam merencanakan masa depan.

Bacaan Lainnya

Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, H Baba, menyatakan bahwa munculnya influencer sebagai profesi yang menjanjikan tidak bisa dipandang sebelah mata. Menurutnya, ini merupakan bukti bahwa generasi saat ini memiliki daya adaptasi tinggi terhadap perkembangan teknologi dan komunikasi.

“Menjadi influencer hari ini bukan hanya soal hiburan. Banyak anak muda yang bisa menghasilkan penghasilan yang cukup besar dari konten-konten yang mereka buat. Ini fenomena nyata, bukan sekadar tren sesaat,” ujar H Baba, Minggu (15/6/2025).

Profesi ini, lanjutnya, telah mengalami evolusi signifikan. Dari sekadar pembuat konten hobi, influencer kini menjelma menjadi bagian penting dalam strategi pemasaran digital, kampanye sosial, hingga edukasi publik.

Namun, di balik gemerlap dunia digital, H Baba mengingatkan perlunya pembekalan karakter dan tanggung jawab sosial.

Menurutnya, popularitas yang diraih di dunia maya harus diimbangi dengan nilai-nilai etika, integritas, dan kesadaran akan dampak konten terhadap masyarakat luas.

“Anak-anak muda yang punya pengaruh di media sosial juga harus sadar bahwa mereka membawa pesan ke banyak orang. Jangan hanya mengejar jumlah pengikut atau tayangan, tapi pikirkan juga kualitas dan nilai dari kontennya,” jelasnya.

H Baba juga menyampaikan bahwa pemerintah daerah perlu lebih adaptif dalam merespons perubahan tren ini, termasuk melalui regulasi dan dukungan pelatihan digital yang mendorong kreativitas sekaligus tanggung jawab.

Ia menilai, daripada menolak arus, lebih baik mengarahkan potensi anak muda agar mampu bersaing secara sehat dan profesional di dunia digital. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah membuka ruang diskusi antara pelaku industri digital, pendidik, dan pembuat kebijakan.

“Kita butuh pendekatan baru terhadap dunia kerja masa kini. Dunia digital adalah ekosistem yang besar, dan anak-anak muda kita sudah berada di dalamnya. Tugas kita adalah memastikan mereka tidak tersesat dalam euforia, tapi mampu mengelola potensi itu menjadi kekuatan nyata,” katanya.

Dengan terus tumbuhnya sektor ekonomi kreatif digital di Indonesia, H Baba optimistis bahwa profesi influencer bisa menjadi motor penggerak pembangunan daerah, asalkan diarahkan secara tepat. *DFA (ADV DPRD KALTIM)

Pos terkait