Maraknya Kasus Perundungan di Kalangan Pelajar, DPRD Kaltim Dorong Pencegahan Melalui Edukasi dan Keluarga

Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis. (Dok.RITMEKALTIM/DFA).
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis. (Dok.RITMEKALTIM/DFA).

lRITEKALTIM – Gelombang kekerasan antar pelajar kembali mencuat di Kalimantan Timur (Kaltim), menyoroti persoalan perundungan yang belum juga teratasi. Menyikapi hal ini, Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis, mendorong pendekatan yang lebih menyeluruh dalam menangani akar persoalan bullying, dengan menekankan pentingnya edukasi dan peran aktif keluarga.

Menurut Ananda, perundungan bukan sekadar kenakalan remaja, melainkan cerminan dari krisis empati dan kurangnya pembentukan karakter sejak dini. Ia menilai bahwa kasus-kasus seperti ini akan terus berulang jika tidak dihadapi dengan kesadaran kolektif dari rumah hingga lingkungan sekolah.

Bacaan Lainnya

“Bullying bukan hanya melukai fisik korban, tapi juga meninggalkan luka psikologis jangka panjang. Ini bisa merusak masa depan anak-anak jika tidak kita tangani secara serius,” ungkapnya, Kamis (15/5/2025).

Menanggapi insiden perundungan yang menimpa seorang siswi SD di Samarinda baru-baru ini, Ananda menekankan perlunya upaya sistemik yang tidak hanya bersifat reaktif setelah kejadian, tapi juga proaktif dalam mencegahnya.

Ia menyoroti pentingnya peran keluarga sebagai ruang pertama dan utama dalam membentuk perilaku anak. Komunikasi yang sehat di rumah dan penanaman nilai-nilai kemanusiaan diyakininya mampu mencegah anak terlibat dalam perilaku kekerasan.

“Rumah adalah tempat pertama anak belajar empati. Jika lingkungan keluarga tidak menanamkan nilai itu, anak akan mencarinya di luar, yang kadang justru membawanya ke arah negatif,” jelas Ananda.

Selain keluarga, ia juga mendorong sekolah untuk memperkuat pendidikan karakter dan layanan konseling. Menurutnya, sekolah harus menjadi ruang aman bagi seluruh siswa, bukan tempat yang justru membuat anak merasa terancam.

Ia pun mengajak pemerintah daerah dan institusi pendidikan untuk memperluas kampanye anti-perundungan secara berkelanjutan, melibatkan seluruh elemen seperti siswa, guru, orang tua, hingga masyarakat luas.

“Pencegahan tidak cukup hanya dengan aturan. Kita butuh pendekatan yang menyentuh kesadaran, menyentuh hati. Anak-anak kita harus merasa aman untuk bertumbuh dan bermimpi, baik di rumah maupun di sekolah,” pungkasnya. *DFA (ADV DPRD KALTIM)

Pos terkait