Mengejutkan! Ternyata ada Riset Gen Z Lebih Suka Menjadi tidak Beragama atau Agnostik?

Ilustrasi: Gen Z (pixabay)

Ritmee — Agama adalah suatu sistem kepercayaan yang dapat dikatakan mengikat penganutnya.

Akhir-akhir ini sebagian orang beranggapan bahwa agama justru melahirkan sekat-sekat antara manusia.

Kenyataannya, hujat-menghujat banyak lahir dari orang-orang beragama.

Apalagi bicara terorisme, menjadi isu internasional yang diduga lahir dari agama itu sendiri.

Namun, apakah itu adalah keinginan agama? Jawabannya belum tentu, sebab ada asumsi bahwa terorisme adalah proyek terselubung.

Akan tetapi, apakah agama itu sendiri masih diperlujan di zaman now ini? Jawabannya bisa iya bisa tidak.

Lalu, bagaimana dengan Gen Z? Apa pandangan mereka?

Tahukah kamu apa itu Gen Z? Kenapa mereka dinamakan Gen Z? Jawabannya sederhana.

Dilansir dari Brain Academy, Gen Z itu hanyalah nama yang diterapkan kepada mereka yang lahir setelah Gen Y (millennial).

Gen Z sendiri muncul ke dunia pada 1995, kemudian hingga 2010, akan muncul adik-adiknya yang kerap disebut Gen Alpha.

Artinya, saat ini Gen Z berusia 13-28 tahun, mereka sedang berkuliah, duduk di bangku sekolah, bahkan ada yang sudah bekerja. Poinnya, mereka adalah anak muda zaman now.

Berdasarkan riset Pew Research Center, anak muda zaman now secara signifikan lebih sedikit yang memilih memeluk suatu agama.

Dikutip dari futuristgenz, ada banyak akademisi menelurkan pendapat bahwa penurunan angka pemeluk agama disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan (science).

Pasalnya, ilmu pengetahuan di zaman ini sudah mampu menjelaskan apa-apa yang dahulunya dinilai tidak masuk akal (irasonal).

Dalam buku Jesus in Disneyland, David Lyon mengatakan, “kepercayaan memang tidak melulu terikat pada suatu kelompok ataupun aliran/agama tertentu.”

Artinya, nilai (value) yang baik di dalam agama dapat diambil tanpa harus masuk ke dalam agama tersebut secara menyeluruh (holistik).

Lebih jauh, di era sosial media (revolusi informasi) sekarang ini, banyak orang beranggapan bahwa, “tidak ada hal yang disebut sebagai kebenaran mutlak (absolute truth).”

Apa yang penting adalah bila mmanusia dapat erdiskusi dan berkomunikasi satu sama lain mengenai hal yang paling baik untuk sesama.

Perubahan (evolution) keyakinan tersebut memang kompleks, dan para ahli banyak yang memercayai bila agama tidak harus disandingkan dengan sains.

Lalu bagaimana menurut Anda? (*)