Pemerataan Pendidikan di Kaltim Masih Jadi PR, Ananda Moeis Soroti Nasib Guru di Pelosok

Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Ananda Emira Moeis. (Dok.RITMEKALTIM/DFA).
Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Ananda Emira Moeis. (Dok.RITMEKALTIM/DFA).

RITMEKALTIM – Pemerataan pendidikan di Kalimantan Timur (Kaltim) masih menjadi tantangan besar. Di balik geliat pembangunan sebagai penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), ketimpangan akses dan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan wilayah terpencil justru semakin tampak mencolok.

Kesenjangan ini bukan hanya soal infrastruktur sekolah atau ketersediaan fasilitas belajar, melainkan juga menyangkut nasib para guru yang menjadi ujung tombak pendidikan di pelosok daerah. Banyak dari mereka menghadapi kondisi kerja yang berat, mulai dari akses sulit ke lokasi tugas, minimnya fasilitas penunjang, hingga keterbatasan dukungan kesejahteraan.

Bacaan Lainnya

Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut. Ia menekankan bahwa pemerataan pendidikan harus dimulai dari perhatian yang serius terhadap tenaga pendidik di daerah terpencil.

“Pendidikan yang adil dan merata bukan hanya soal bangunan sekolah, tapi tentang bagaimana kita memperlakukan guru sebagai garda terdepan. Jika mereka tidak diperhatikan, maka kualitas pendidikan di daerah akan terus tertinggal,” ujarnya, Kamis (22/5/2025).

Ananda juga menyoroti perlunya kebijakan afirmatif dari pemerintah daerah, terutama dalam bentuk insentif dan pelatihan berkelanjutan bagi para guru yang mengabdi di wilayah-wilayah sulit dijangkau. Menurutnya, penghargaan yang layak dapat memicu semangat dan dedikasi lebih tinggi dari para pendidik di lapangan.

Selain itu, ia menilai bahwa pembangunan kurikulum pendidikan di Kaltim juga harus mempertimbangkan konteks lokal serta kesiapan menghadapi peran strategis sebagai wilayah penyangga IKN. Artinya, pendidikan di daerah tidak boleh tertinggal dari transformasi besar yang tengah berlangsung di pusat pemerintahan baru.

“Pendidikan kita harus adaptif dan relevan dengan tantangan masa depan. Tapi itu semua takkan berarti tanpa kehadiran guru yang kuat secara profesional dan sejahtera secara sosial,” tuturnya.

Hal ini juga menjadi pengingat bahwa membangun pendidikan tidak cukup hanya dengan proyek fisik, tapi juga dengan keberpihakan nyata terhadap para pendidik, terutama di pelosok yang kerap luput dari perhatian. *DFA (ADV DPRD KALTIM)

Pos terkait