BONTANG — Sabtu pagi yang teduh di Loktuan berubah menjadi penuh aktivitas ketika Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, tiba di Pelabuhan Bontang. Dengan langkah tegas, ia meninjau satu per satu sudut kawasan — dari pelataran Masjid Terapung Darul Irsyad Al Muhajirin hingga ke area pelabuhan yang mulai ramai oleh penumpang dan pedagang.
Di halaman masjid, tumpukan puing sisa bangunan yang dibongkar tampak masih berserakan. Neni langsung memberi instruksi cepat. “Segera bersihkan semua area ini. Kita ingin pelabuhan dan masjid tampak rapi, indah, dan nyaman bagi warga,” ujarnya dengan nada tegas namun tenang.
Sidak kali ini bukan sekadar rutinitas. Ia datang memastikan program revitalisasi dan penataan ulang area parkir benar-benar berjalan. Tak hanya itu, ia juga menyoroti kebersihan pelabuhan yang dinilainya masih jauh dari ideal. Sampah plastik beterbangan di sela-sela deretan kendaraan, jejak aktivitas penumpang yang baru saja berangkat dan datang.
“Kita sudah punya program GESIT — Gerakan Sampahku Tanggung Jawabku. Jangan hanya jadi slogan. Ini harus jadi budaya,” tegasnya, menatap jajaran pengelola pelabuhan.
Di sela sidak, Neni juga meninjau lahan milik pemerintah di sekitar pelabuhan yang direncanakan masuk dalam program penataan berikutnya. Ia ingin kawasan itu menjadi wajah baru Bontang bagian utara — bersih, tertib, dan ramah bagi masyarakat.
Turut mendampingi dalam sidak tersebut, Sekda Aji Erlynawati, Asisten Pembangunan Sony Suwito Adicahyono, Kepala Dinas PUPR M. Cholis Edy Prabowo, serta anggota DPRD Bontang Faizal, dan sejumlah pejabat lain.
Langkah Neni pagi itu menjadi pesan tersirat: bahwa penataan kota bukan hanya soal bangunan dan aspal, tapi tentang disiplin, kebersihan, dan tanggung jawab bersama. (*)












